Secangkir Kopi Guru untuk Murid-muridnya
Kisah - Syahdan seorang guru agama di sekolahnya terkenal dengan perangai mulia, panjang akal, bijak, dan banyak makan asam garam kehidupan. Murid-muridnya sangat mencintainya dan menghormatinya.
Pada akhir tahun pengabdian, sang guru akan mengadakan tasyakuran masa pensiunnya. Dia mengundang seluruh siswa yang masih berhubungan dengannya.
Pada hari perayaan, semua gembira dapat bertemu dengan guru mereka tercinta. Mereka mengucapkan selamat atas pengabdian sang guru selama 35 tahun mengajar. Mereka senang dengan tibanya masa pensiun sang guru.
[caption id="attachment_1424" align="alignnone" width="802"] Sumber Gambar: www.yipcheongfun.com[/caption]
Sang guru ingin menguji mereka untuk sekadar tahu bahwa dirinya berguna bagi kehidupan mereka. “Jika tidak, maka apa yang akan aku lakukan?” terbersit dalam pikirannya.
Sang guru menyediakan beberapa cangkir, ada yang bagus, ada bersepuh emas, ada yang mewah, ada yang besar, ada yang sederhana, dan terakhir yang berukuran kecil. Semuanya berbeda satu sama lain.
Sang guru kemudian mempersilakan masing-masing muridnya untuk memilih satu buah cangkir. Lalu masing-masing menuangkan kopi ke dalam cangkir mereka.
Mulailah mereka memilih cangkir-cangkir yang mewah, berhias, berwarna emas. Tidak ada dari mereka yang memilih cangkir yang sederhana maupun kecil. Setelah mereka minum kopi, mereka menanti apa yang akan disampaikan oleh guru mereka.
Sang guru melihat semua cangkir yang ada di tangan siswanya satu demi satu. Lalu dia tertawa terbahak-bahak. Siswa-siswa tercengang dan mempertanyakan alasan guru mereka tertawa.
Sang guru menjawab mereka, “Hal ini menunjukkan bahwa aku belum bermanfaat bagi kehidupan kalian sama sekali. Padahal kalian tahu bahwa aku telah menghabiskan waktu selama 35 tahun, tapi tanpa manfaat sedikit pun.”
Mereka bertanya, “Mengapa demikian?”
Sang guru menjawab, “Sesungguhnya kopi yang kalian tuang dan setelah itu kalian minum adalah kopi yang sama. Mengapa kalian hanya memilih cangkir yang mewah, berwarna emas, dan besar? Bukankah semuanya tidak menambahkan rasa kenyang atas kopi kalian bahkan tidak menambah manfaat bagi kalian?”
Pesan moral:
Jika kita membayangkan kopi sebagai hidup kita dan cangkir sebagai profesi, harta dan perusahaan kita, maka kita akan menyadari bahwa semuanya tidak akan menambahkan apa-apa dalam hidup kita. Semuanya hanyalah tampilan luar yang mentereng, sementara kehidupan yang sesungguhnya hanyalah kehidupan itu sendiri.
Oleh karena itu, mengapa kita berhasrat dengan tampilan-tampilan saja? Lalu kita hanya memilih cangkir yang termahal, padahal kita tahu bahwa kopinya sama.[]
Tom/IslamIndonesia
Pada akhir tahun pengabdian, sang guru akan mengadakan tasyakuran masa pensiunnya. Dia mengundang seluruh siswa yang masih berhubungan dengannya.
Pada hari perayaan, semua gembira dapat bertemu dengan guru mereka tercinta. Mereka mengucapkan selamat atas pengabdian sang guru selama 35 tahun mengajar. Mereka senang dengan tibanya masa pensiun sang guru.
[caption id="attachment_1424" align="alignnone" width="802"] Sumber Gambar: www.yipcheongfun.com[/caption]
Sang guru ingin menguji mereka untuk sekadar tahu bahwa dirinya berguna bagi kehidupan mereka. “Jika tidak, maka apa yang akan aku lakukan?” terbersit dalam pikirannya.
Sang guru menyediakan beberapa cangkir, ada yang bagus, ada bersepuh emas, ada yang mewah, ada yang besar, ada yang sederhana, dan terakhir yang berukuran kecil. Semuanya berbeda satu sama lain.
Sang guru kemudian mempersilakan masing-masing muridnya untuk memilih satu buah cangkir. Lalu masing-masing menuangkan kopi ke dalam cangkir mereka.
Mulailah mereka memilih cangkir-cangkir yang mewah, berhias, berwarna emas. Tidak ada dari mereka yang memilih cangkir yang sederhana maupun kecil. Setelah mereka minum kopi, mereka menanti apa yang akan disampaikan oleh guru mereka.
Sang guru melihat semua cangkir yang ada di tangan siswanya satu demi satu. Lalu dia tertawa terbahak-bahak. Siswa-siswa tercengang dan mempertanyakan alasan guru mereka tertawa.
Sang guru menjawab mereka, “Hal ini menunjukkan bahwa aku belum bermanfaat bagi kehidupan kalian sama sekali. Padahal kalian tahu bahwa aku telah menghabiskan waktu selama 35 tahun, tapi tanpa manfaat sedikit pun.”
Mereka bertanya, “Mengapa demikian?”
Sang guru menjawab, “Sesungguhnya kopi yang kalian tuang dan setelah itu kalian minum adalah kopi yang sama. Mengapa kalian hanya memilih cangkir yang mewah, berwarna emas, dan besar? Bukankah semuanya tidak menambahkan rasa kenyang atas kopi kalian bahkan tidak menambah manfaat bagi kalian?”
Pesan moral:
Jika kita membayangkan kopi sebagai hidup kita dan cangkir sebagai profesi, harta dan perusahaan kita, maka kita akan menyadari bahwa semuanya tidak akan menambahkan apa-apa dalam hidup kita. Semuanya hanyalah tampilan luar yang mentereng, sementara kehidupan yang sesungguhnya hanyalah kehidupan itu sendiri.
Oleh karena itu, mengapa kita berhasrat dengan tampilan-tampilan saja? Lalu kita hanya memilih cangkir yang termahal, padahal kita tahu bahwa kopinya sama.[]
Tom/IslamIndonesia
Post a Comment