Karakter Wayang Punakawan Ciptaan Sunan Kalijaga
Jika Anda penggemar dunia pewayangan, tentu sudah tak asing dengan nama-nama karakter tokoh seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Empat tokoh jenaka ini kerap muncul dalam cerita pewayangan Nusantara, khususnya Jawa.
[caption id="attachment_1417" align="alignnone" width="900"] Sumber: Punakawan by dartmasto[/caption]
Kisah keempat karakter yang lebih dikenal dengan nama Punakawan itu bahkan pernah diangkat ke layar kaca sebagai sajian komedi pada tahun 1980 hingga 1990-an.
Namun mungkin tak banyak yang tahu jika empat karakter jenaka dalam pewayangan ini merupakan ciptaan Sunan Kalijaga yang awalnya digunakan sebagai metode dakwah dalam menyebarkan Islam.
Penggubahan wayang yang dipelopori oleh Sunan Kalijaga itu terjadi kira-kira tahun 1443 M. Para Wali Songo bahkan menciptakan gamelannya.
Untuk memainkan wayang dan gamelannya itu para Wali Songo mengarang cerita yang bernapaskan nila-nilai keislaman.
Adapun pelaku cerita dalam pewayangan yang terkenal hingga saat ini adalah cerita tentang Punakawan Pandawa (empat tokoh jenaka pengiring Ksatria Pandawa Lima) terdiri dari Semar, Petruk, Gareng dan Bagong.
Keempat pelaku yang dimunculkan para Wali Songo ini mengandung falsafah yang amat dalam, di antaranya sebagai berikut:
Dalam pergelaran wayang, keempat tokoh Punakawan itu selalu keluar pada waktu yang tak bersamaan. Biasanya, tokoh Semar yang dimunculkan pertama kali, baru kemudian diikuti Gareng, Petruk, dan terakhir Bagong.
Secara tak langsung urutan tersebut menunjukkan ajakan (dakwah) yang diserukan para wali zaman dahulu agar meninggalkan kepercayaan-kepercayaan lain terdahulu menuju ajaran Islam.
[caption id="attachment_1417" align="alignnone" width="900"] Sumber: Punakawan by dartmasto[/caption]
Kisah keempat karakter yang lebih dikenal dengan nama Punakawan itu bahkan pernah diangkat ke layar kaca sebagai sajian komedi pada tahun 1980 hingga 1990-an.
Namun mungkin tak banyak yang tahu jika empat karakter jenaka dalam pewayangan ini merupakan ciptaan Sunan Kalijaga yang awalnya digunakan sebagai metode dakwah dalam menyebarkan Islam.
Penggubahan wayang yang dipelopori oleh Sunan Kalijaga itu terjadi kira-kira tahun 1443 M. Para Wali Songo bahkan menciptakan gamelannya.
Untuk memainkan wayang dan gamelannya itu para Wali Songo mengarang cerita yang bernapaskan nila-nilai keislaman.
Adapun pelaku cerita dalam pewayangan yang terkenal hingga saat ini adalah cerita tentang Punakawan Pandawa (empat tokoh jenaka pengiring Ksatria Pandawa Lima) terdiri dari Semar, Petruk, Gareng dan Bagong.
Keempat pelaku yang dimunculkan para Wali Songo ini mengandung falsafah yang amat dalam, di antaranya sebagai berikut:
- Semar, dari bahasa Arab “Simaar” yang artinya ‘Paku’, sebagai perlambang bahwa kebenaran agama Islam adalah kokoh, sejahtera bagaikan kokohnya paku yang tertancap yakni Simaaruddunya.
- Gareng, dari bahasa Arab “Naala Qoriin” (diucapkan lidah Jawa: Nala Gareng), yang artinya memperoleh banyak kawan.
- Petruk, dari bahasa Arab “Fatruk” yang artinya tinggalkan. Diambil dari kalimat Fatruk kullu masiwallahi, yang bermakna “tinggalkanlah segala yang selain Allah”.
- Bagong, dari bahasa Arab “Bagha” yang artinya berontak, yaitu memberontak terhadap sesuatu yang zalim.
Dalam pergelaran wayang, keempat tokoh Punakawan itu selalu keluar pada waktu yang tak bersamaan. Biasanya, tokoh Semar yang dimunculkan pertama kali, baru kemudian diikuti Gareng, Petruk, dan terakhir Bagong.
Secara tak langsung urutan tersebut menunjukkan ajakan (dakwah) yang diserukan para wali zaman dahulu agar meninggalkan kepercayaan-kepercayaan lain terdahulu menuju ajaran Islam.
Post a Comment