Sebab Datangnya Musibah pada Nabi Ya’qub
Kisah - Diriwayatkan bahwa Nabi Ya’qub memiliki keluarga besar. Ada 4 istri, 12 putra dan satu putri dalam keluarga tersebut. Ya’qub yang juga bernama Israel itu lantas dikenal sebagai bapak dari keturunan yang disebut dalam Al-Qur’an dengan Bani Israel (keturunan Israel alias Ya’qub).
Salah satu kebiasaan nabi yang mendapat ujian berat dalam hidupnya ini adalah pada tiap malam Jum’at beliau memotong hewan besar untuk makan besar keluarga besarnya.
Suatu kali, pada saat sedang makan bersama, seseorang mengetuk rumahnya. Setelah dibuka, ternyata berdiri seorang miskin yang meminta jatah makanan keluarga malam itu.
Nabi Ya’qub meminta maaf dan tidak memberinya makanan. Orang miskin ini lalu meninggalkan rumah Nabi Ya’qub sedang di dalam hatinya terucap kalimat ini: “Ya Allah, baru saja aku mendatangi Nabi-Mu untuk meminta makan tetapi dia menolak. Kini aku bermalam dalam keadaan lapar dan dia, Nabi-Mu, tidur dalam keadaan kenyang.”
Allah mendengar doa tersebut. Dia lalu memberitahu Nabi Ya’qub akan kejadian itu dan memintanya bersabar menghadapi ujian yang akan datang kepadanya sebagai imbalan atas kelalaiannya tersebut.
Maka datanglah ujian hilangnya putra tercintanya, Yusuf, hingga dia menangis tiap malamnya. Dia menangis hingga matanya memutih. Dalam kaitan ini, Allah berfirman: “Dan (ayah mereka – Nabi Ya’qub) pun berpaling dari mereka (karena berita yang mengharukan itu) sambil berkata: Aduhai sedihnya aku karena Yusuf, dan putihlah dua belah matanya disebabkan ratap tangis dukacitanya dan dia adalah orang yang menahan marahnya di dalam hati.”
Kisah ini menunjukkan bahwa Allah memiliki perhitungan dan pertimbangan yang sama sekali tidak kita ketahui dalam memutuskan suatu perkara, bahkan bagi seorang nabi sekalipun. Adakalanya hal yang kita remehkan itu justru menjadi faktor penentu nasib kita, sementara hal-hal yang kita perhatikan sama sekali tidak ada dalam perhitungan dan pertimbangan Allah. Maka tiap hamba yang ingin mendapat keridhaan dan kedekatan dengan Allah hendaknya tidak meremehkan maksiat ataupun mengecilkan nilai ketaatan kepada-Nya.
AJ/IslamIndonesia
Salah satu kebiasaan nabi yang mendapat ujian berat dalam hidupnya ini adalah pada tiap malam Jum’at beliau memotong hewan besar untuk makan besar keluarga besarnya.
Suatu kali, pada saat sedang makan bersama, seseorang mengetuk rumahnya. Setelah dibuka, ternyata berdiri seorang miskin yang meminta jatah makanan keluarga malam itu.
Nabi Ya’qub meminta maaf dan tidak memberinya makanan. Orang miskin ini lalu meninggalkan rumah Nabi Ya’qub sedang di dalam hatinya terucap kalimat ini: “Ya Allah, baru saja aku mendatangi Nabi-Mu untuk meminta makan tetapi dia menolak. Kini aku bermalam dalam keadaan lapar dan dia, Nabi-Mu, tidur dalam keadaan kenyang.”
Allah mendengar doa tersebut. Dia lalu memberitahu Nabi Ya’qub akan kejadian itu dan memintanya bersabar menghadapi ujian yang akan datang kepadanya sebagai imbalan atas kelalaiannya tersebut.
Maka datanglah ujian hilangnya putra tercintanya, Yusuf, hingga dia menangis tiap malamnya. Dia menangis hingga matanya memutih. Dalam kaitan ini, Allah berfirman: “Dan (ayah mereka – Nabi Ya’qub) pun berpaling dari mereka (karena berita yang mengharukan itu) sambil berkata: Aduhai sedihnya aku karena Yusuf, dan putihlah dua belah matanya disebabkan ratap tangis dukacitanya dan dia adalah orang yang menahan marahnya di dalam hati.”
Kisah ini menunjukkan bahwa Allah memiliki perhitungan dan pertimbangan yang sama sekali tidak kita ketahui dalam memutuskan suatu perkara, bahkan bagi seorang nabi sekalipun. Adakalanya hal yang kita remehkan itu justru menjadi faktor penentu nasib kita, sementara hal-hal yang kita perhatikan sama sekali tidak ada dalam perhitungan dan pertimbangan Allah. Maka tiap hamba yang ingin mendapat keridhaan dan kedekatan dengan Allah hendaknya tidak meremehkan maksiat ataupun mengecilkan nilai ketaatan kepada-Nya.
AJ/IslamIndonesia
Post a Comment