90 dari 100 Orang Miskin di Indonesia adalah Umat Islam
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengungkapkan, dari 100 orang kaya di Indonesia, hanya sekitar 10 orang yang merupakan umat Islam. Selain itu, dari 100 orang miskin, 90 persennya adalah umat Islam.
[caption id="attachment_1450" align="alignnone" width="750"] Pembukaan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla di Grand City Surabaya, Kamis (9/11/2017).(Dok. Bank Indonesia (BI))[/caption]
“Kelemahan umat Islam di Indonesia adalah kelemahan di bidang ekonomi. Kekurangan dalam berdagang,” ungkap JK saat memberikan sambutan pada acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) di Grand City Surabaya, 9 November seperti dilansir Kompas.com
Padahal, kata JK , 9 dari 10 pintu rezeki adalah melalui berdagang. Di samping itu, Nabi Muhammad SAW juga dikenal sebagai seorang pedagang.
Oleh karena itu, JK mendorong umat muslim di Indonesia untuk menjalankan usaha. Ia juga mengungkapkan, ekonomi dan keuangan syariah bukan hal yang sulit untuk dijalankan.
"Ekonomi syariah sebenarnya tidak terlalu sulit, karena itu bagian dari muamalah. Selama tidak haram, dia halal. Jadi, tidak serumit apa yang kita jalankan sebenarnya," tutur JK.
Islam juga telah mengenalkan Zakat, Infak, sadaqah, wakaf. “Namun semua itu akan bisa kalau banyak yang kaya,” jelas JK.
Di tempat terpisah, tokoh senior Muhammadiyah Ahmad Syafi’i Ma’arif bilang, ketimpangan di Indonesia ditunjukkan dengan masih tingginya jumlah desa tertinggal. Sesuai data dari Kementerian Desa saat ini, sekitar 60 persen dari 74.910 desa masuk kategori tertinggal dan sangat tertinggal.
“Belum lagi penguasaan tanah di Indonesia yang 80 persen dikuasai oleh konglomerat domestik dan 13 persen konglomerat luar,” kata eks Ketua Umum Muhammadiyah ini. “Jadi, pancasila jangan hanya retorika.”
Karena itu, menurut Buya, jangan sampai sila kelima tergantung di awan tinggi, sedangkan rakyat di bumi terkapar. “Itu tidak boleh,” tegasnya.
Bahkan sila lainnya dalam Pancasila tak bisa dilepaskan dari substansi sila kelima. Sila pertama, misalnya kata Buya, baru memiliki makna apabila sila kelima yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” itu menjadi kenyataan.
[caption id="attachment_1450" align="alignnone" width="750"] Pembukaan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla di Grand City Surabaya, Kamis (9/11/2017).(Dok. Bank Indonesia (BI))[/caption]
“Kelemahan umat Islam di Indonesia adalah kelemahan di bidang ekonomi. Kekurangan dalam berdagang,” ungkap JK saat memberikan sambutan pada acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) di Grand City Surabaya, 9 November seperti dilansir Kompas.com
Padahal, kata JK , 9 dari 10 pintu rezeki adalah melalui berdagang. Di samping itu, Nabi Muhammad SAW juga dikenal sebagai seorang pedagang.
Oleh karena itu, JK mendorong umat muslim di Indonesia untuk menjalankan usaha. Ia juga mengungkapkan, ekonomi dan keuangan syariah bukan hal yang sulit untuk dijalankan.
"Ekonomi syariah sebenarnya tidak terlalu sulit, karena itu bagian dari muamalah. Selama tidak haram, dia halal. Jadi, tidak serumit apa yang kita jalankan sebenarnya," tutur JK.
Islam juga telah mengenalkan Zakat, Infak, sadaqah, wakaf. “Namun semua itu akan bisa kalau banyak yang kaya,” jelas JK.
Di tempat terpisah, tokoh senior Muhammadiyah Ahmad Syafi’i Ma’arif bilang, ketimpangan di Indonesia ditunjukkan dengan masih tingginya jumlah desa tertinggal. Sesuai data dari Kementerian Desa saat ini, sekitar 60 persen dari 74.910 desa masuk kategori tertinggal dan sangat tertinggal.
“Belum lagi penguasaan tanah di Indonesia yang 80 persen dikuasai oleh konglomerat domestik dan 13 persen konglomerat luar,” kata eks Ketua Umum Muhammadiyah ini. “Jadi, pancasila jangan hanya retorika.”
Karena itu, menurut Buya, jangan sampai sila kelima tergantung di awan tinggi, sedangkan rakyat di bumi terkapar. “Itu tidak boleh,” tegasnya.
Bahkan sila lainnya dalam Pancasila tak bisa dilepaskan dari substansi sila kelima. Sila pertama, misalnya kata Buya, baru memiliki makna apabila sila kelima yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” itu menjadi kenyataan.
Post a Comment