Mencontoh Kesederhanaan Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari
Kisah - Suatu hari, Nabi Muhammad mendapatkan hadiah berupa kain sepanjang empat belas meter. Kain itu lalu dilipat, sedemikian hingga bisa menjadi alas tidurnya. Demikian beliau menggunakannya sampai salah satu istrinya memperhatikan alas tidur yang dipakai beliau. Oleh istrinya itu, diambil lalu dilipat menjadi empat lapis. Keesokan harinya, Nabi yang bertubuh mulia itu berkata pada istrinya, “Tadi malam, alas ini menghalangiku shalat.” Nabi pun memintanya untuk melipat menjadi satu lapis saja.
[caption id="attachment_1467" align="alignnone" width="1024"] Sumber: Google.com[/caption]
Sebagaimana dicatat dalam kitab ‘Makarim Akhlaq’, selama 9 tahun melayani Nabi Saw, Anas bin Malik biasa menyiapkan makanan beliau di waktu siang dan malam. Kambing yang ada di rumah Rasulullah juga biasa diperah susunya oleh Anas. Kadang, kata Anas, Nabi meminumnya disertai makan sepotong roti. Di waktu yang lain roti dan kurma, atau hanya roti dan garam.
Bahkan ketika sedang menghadapi sakaratul maut, Nabi sempat menyerahkan sebuah bungkusan berisi beberapa uang dirham kepada Ali bin Abi Thalib. Kepada sepupunya itu, Nabi berkata,
Demikianlah sekilas gambaran kesederhanaan hidup Nabi, hingga Al Ghazali menuturkan bahwa seorang pernah berkata, “Sudah selayaknya rumah Nabi Saw yang sederhana dan terbuat dari tanah itu dipelihara seperti keadaan semula. Agar generasi-generasi selanjutnya dapat mengetahui sikap hidup sederhana Nabi Muhammad Saw yang sebenarnya (Az Zuhud Al Muhammadi).
Tentu saja pada waktu itu, Nabi Saw sanggup membangun dan mempunyai istana yang terbuat dari emas dan perak, jika beliau mau. Namun, pembawa ajaran ‘rahmat bagi semesta alam’ itu pernah bersabda,
YS/AD/IslamIndonesia
[caption id="attachment_1467" align="alignnone" width="1024"] Sumber: Google.com[/caption]
Sebagaimana dicatat dalam kitab ‘Makarim Akhlaq’, selama 9 tahun melayani Nabi Saw, Anas bin Malik biasa menyiapkan makanan beliau di waktu siang dan malam. Kambing yang ada di rumah Rasulullah juga biasa diperah susunya oleh Anas. Kadang, kata Anas, Nabi meminumnya disertai makan sepotong roti. Di waktu yang lain roti dan kurma, atau hanya roti dan garam.
Bahkan ketika sedang menghadapi sakaratul maut, Nabi sempat menyerahkan sebuah bungkusan berisi beberapa uang dirham kepada Ali bin Abi Thalib. Kepada sepupunya itu, Nabi berkata,
“Sedekahkan uang ini kepada orang-orang fakir-miskin.” Dan seperti dikemukakan penulis kitab ‘Nasikh at-Tawarikh’, kekasih Allah itu berkata pada dirinya sendiri, “Wahai Muhammad, apa yang kau lakukan bila kau meninggal, sementara uang ini masih ada di tanganmu?”
Demikianlah sekilas gambaran kesederhanaan hidup Nabi, hingga Al Ghazali menuturkan bahwa seorang pernah berkata, “Sudah selayaknya rumah Nabi Saw yang sederhana dan terbuat dari tanah itu dipelihara seperti keadaan semula. Agar generasi-generasi selanjutnya dapat mengetahui sikap hidup sederhana Nabi Muhammad Saw yang sebenarnya (Az Zuhud Al Muhammadi).
Tentu saja pada waktu itu, Nabi Saw sanggup membangun dan mempunyai istana yang terbuat dari emas dan perak, jika beliau mau. Namun, pembawa ajaran ‘rahmat bagi semesta alam’ itu pernah bersabda,
“Saya ingin hidup dan mati layaknya orang paling miskin di kalangan umatku.”
YS/AD/IslamIndonesia
Post a Comment