Kisah Nabi Ibrahim (Bagian ke-6): Ibrahim Menentang Peribadatan Terhadap Berhala
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan tentang Ibrahim a.s, ia mengingkari penyembahan berhala yang dilakukan kaumnya, menjelaskan kehinaan dan kekerdilan para berhala di tengah-tengah mereka, dengan mengatakan, “Patung-patung apakah ini yang kamu tekun menyembahnya?” (Al-Anbiya: 52). Yaitu yang kalian sembah dengan tekun dan tunduk kepadanya. Mereka menjawab, “Kami mendapati nenek moyang kami menyembahnya.” (Al-Anbiya: 53). Mereka tidak memiliki hujah apa pun selain meniru tradisi nenek moyang dan para leluhur, serta penyembahan sekutu-sekutu yang mereka anit.
“Sesungguhnya, kamu dan nenek moyang kamu berada dalam kesesatan yang nyata.” (Al-Anbiya: 54). Seperti yang disampaikan Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui ayat berbeda, “(Ingatlah) ketika dia berkata kepada ayahnya dan kaumnya, ‘Apakah yang kamu sembah itu? Apakah kamu menghendaki kebohongan dengan sesembahan selain Allah itu? Maka bagaimana anggapanmu terhadap Rabb seluruh alam?” (Ash-Shaffat: 85-87). Qatadah menafsirkan, “Bagaimana menurut dugaan kalian, apa yang akan Ia perlakukan pada kalian ketika bertemu dengan-Nya kelak, sementara kalian menyembah selain-Nya?”
Ibrahim mengatakan kepada kaumnya, “Apakah mereka mendengarmu ketika kamu berdoa (kepadanya)? Atau (dapatkah) mereka memberi manfaat atau mencelakakan kamu?’ Mereka menjawab, ‘Tidak, tetapi kamu dapati nenek moyang kami berbuat begitu’.” (Asy-Syu’ara: 72-74). Mereka sebenarnya menerima penjelasa Ibrahim bahwa berhala-berhala sama sekali tidak mendengar orang yang memohon, tidak mendengar orang yang memohon, tidak bisa manfaat ataupun menolak mara bahaya sedikit pun. Namun, mereka tetap saja menyembahnya karena mengikuti jejak para pendahulu, dan siapa pun yang sama-sama sesat seperti mereka dari kalangan para leluhur dan nenek moyang yang bodoh. Karena itu, Ibrahim mengatakan kepada mereka, “Apakah kamu memerhatikan apa yang kamu sembah, kamu dan nenek moyang kamu yang terdahulu? Sesungguhnya, mereka (apa yang kamu sembah) itu musuhku, lain halnya Rabb seluruh alam.” (Asy-Syu’ara: 75-77).
Ini bukti nyata atas kebatilan ketuhanan berhala-berhala yang mereka klaim. Ibrahim melepaskan diri dan mencela semua berhala yang mereka sembah. Andaikata berhala-berhala bisa menimpakan bahaya, tentu sudah membahayakan Ibrahim, atau seandainya bisa memberikan pengaruh, tentu Ibrahim sudah terkena imbasnya.
“Mereka berkata, ‘Apakah engkau datang kepada kami membawa kebenaran atau engkau main-main?” (Al-Anbiya: 55). Mereka berkata, “Kata-kata yang kau ucapkan pada kami ini, hinaan yang kau layangkan pada tuhan-tuhan kami, dan cercaan terhadap para leluhur kami ini, apakah kau sampaikan dengan benar dan serius, ataukah hanya main-main?”
“Dia (Ibrahim) menjawab, ‘Sebenarnya Tuhan kamu ialah Rabb (pemilik) langit dan bumi; (Dialah) yang telah menciptakannya; dan aku termasuk orang yang dapat bersaksi atas itu’.” (Al-Anbiya: 56). Yaitu, bukan bercanda bermain-main, tapi aku ucapan semua itu dengan serius dan benar. Rabb kalian tidak lainadalah Allah, tiada ilah (yang berhak diibadahi dengan sebenarnya) selain-Nya, Rabb kalian juga Rabb segala sesuatu, Pencipta langit dan bumi, Pencipta keduanya tanpa contoh sebelumnya. Dialah semata yang berhak diibadahi, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku termasuk orang yang bersaksi atas hal itu.”
Perkataan Ibrahim, “Dan demi Allah, sungguhm aku aka melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu setelah kamu pergi meninggalkannya,” (Al-Anbiya: 57), yaitu Ibrahim akan membuat tipu daya terhadap berhala-berhala yang mereka sembah, setelah mereka pergi menuju perayaan hari besar.
Menurut pendapat lain, Ibrahim mengatakan hal itu di dalam hati. Ibnu Mas’ud mengatakan, “Ada sebagian yang mendengar kata-kata Ibrahim itu.”
“Sesungguhnya, kamu dan nenek moyang kamu berada dalam kesesatan yang nyata.” (Al-Anbiya: 54). Seperti yang disampaikan Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui ayat berbeda, “(Ingatlah) ketika dia berkata kepada ayahnya dan kaumnya, ‘Apakah yang kamu sembah itu? Apakah kamu menghendaki kebohongan dengan sesembahan selain Allah itu? Maka bagaimana anggapanmu terhadap Rabb seluruh alam?” (Ash-Shaffat: 85-87). Qatadah menafsirkan, “Bagaimana menurut dugaan kalian, apa yang akan Ia perlakukan pada kalian ketika bertemu dengan-Nya kelak, sementara kalian menyembah selain-Nya?”
Ibrahim mengatakan kepada kaumnya, “Apakah mereka mendengarmu ketika kamu berdoa (kepadanya)? Atau (dapatkah) mereka memberi manfaat atau mencelakakan kamu?’ Mereka menjawab, ‘Tidak, tetapi kamu dapati nenek moyang kami berbuat begitu’.” (Asy-Syu’ara: 72-74). Mereka sebenarnya menerima penjelasa Ibrahim bahwa berhala-berhala sama sekali tidak mendengar orang yang memohon, tidak mendengar orang yang memohon, tidak bisa manfaat ataupun menolak mara bahaya sedikit pun. Namun, mereka tetap saja menyembahnya karena mengikuti jejak para pendahulu, dan siapa pun yang sama-sama sesat seperti mereka dari kalangan para leluhur dan nenek moyang yang bodoh. Karena itu, Ibrahim mengatakan kepada mereka, “Apakah kamu memerhatikan apa yang kamu sembah, kamu dan nenek moyang kamu yang terdahulu? Sesungguhnya, mereka (apa yang kamu sembah) itu musuhku, lain halnya Rabb seluruh alam.” (Asy-Syu’ara: 75-77).
Ini bukti nyata atas kebatilan ketuhanan berhala-berhala yang mereka klaim. Ibrahim melepaskan diri dan mencela semua berhala yang mereka sembah. Andaikata berhala-berhala bisa menimpakan bahaya, tentu sudah membahayakan Ibrahim, atau seandainya bisa memberikan pengaruh, tentu Ibrahim sudah terkena imbasnya.
“Mereka berkata, ‘Apakah engkau datang kepada kami membawa kebenaran atau engkau main-main?” (Al-Anbiya: 55). Mereka berkata, “Kata-kata yang kau ucapkan pada kami ini, hinaan yang kau layangkan pada tuhan-tuhan kami, dan cercaan terhadap para leluhur kami ini, apakah kau sampaikan dengan benar dan serius, ataukah hanya main-main?”
“Dia (Ibrahim) menjawab, ‘Sebenarnya Tuhan kamu ialah Rabb (pemilik) langit dan bumi; (Dialah) yang telah menciptakannya; dan aku termasuk orang yang dapat bersaksi atas itu’.” (Al-Anbiya: 56). Yaitu, bukan bercanda bermain-main, tapi aku ucapan semua itu dengan serius dan benar. Rabb kalian tidak lainadalah Allah, tiada ilah (yang berhak diibadahi dengan sebenarnya) selain-Nya, Rabb kalian juga Rabb segala sesuatu, Pencipta langit dan bumi, Pencipta keduanya tanpa contoh sebelumnya. Dialah semata yang berhak diibadahi, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku termasuk orang yang bersaksi atas hal itu.”
Perkataan Ibrahim, “Dan demi Allah, sungguhm aku aka melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu setelah kamu pergi meninggalkannya,” (Al-Anbiya: 57), yaitu Ibrahim akan membuat tipu daya terhadap berhala-berhala yang mereka sembah, setelah mereka pergi menuju perayaan hari besar.
Menurut pendapat lain, Ibrahim mengatakan hal itu di dalam hati. Ibnu Mas’ud mengatakan, “Ada sebagian yang mendengar kata-kata Ibrahim itu.”
Post a Comment