PB HMI Kritik Menteri Agama soal LGBT
Jakarta — Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan, dan Kepemudaan (Wasekjend PTKP) Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Agus Harta menilai, bangsa Indonesia serasa sudah kehilangan arus dan jati diri saat menyikapi persoalan amoral yang mengancam pembangunan peradaban.
Hal itu disampaikan Agus menanggapi pernyataan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang mengimbau masyarakat untuk tidak menjauhi para pelaku LGBT. Sebab, orang-orang tersebut perlu dirangkul dan bukan sebaliknya malah dijauhi.
[caption id="attachment_1622" align="alignnone" width="650"] Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengikuti rapat kerja (Raker) dengan komisi VIII DPR di Ruang rapat Komisi VIII, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (4/12/2017). Dalam raker bersama tersebut membahas terkait laporan kinerja dan keuangan penyelenggaraa ibadah haji tahun 1438 H / 2017 M. FOTO:RILIS.ID/Indra Kusuma[/caption]
"Menyikapi Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT), Menteri Agama dirasa gagal paham terhadap nilai-nilai Pancasila, tidak mampu meluruskan persoalan karakter kemanusiaan dan keumatan yang beradab," katanya kepada rilis.id, Selasa (19/12/2017).
Ia menilai, seharusnya pemerintah memperbaiki sifat manusia Indonesia yang susah keluar dari hakikat penciptaannya. Serta menimbang sila pertama dalam Pancasila yaitu, Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
"Sangat aneh jika pemerintah dalam hal ini Menteri Agama melegalkan Forum LGBT dengan penganugerahan award LGBT. Agama mana pun saya pastikan menolak perbuatan LGBT," tegasnya.
Ia mengingatkan pada sebuah cerita tentang suatu negeri bernama Pompei, yang pernah ada dan menghilang, Negeri Pompei mengisahkan rusaknya moral penduduk tersebut. Pompei modern telah dimodifikasi di Indonesia yang dikenal zaman now adalah (LGBT).
"Dan satu Negeri Pompei tersebut hilang terkena malapetaka bencana alam yang begitu Dahsyat. Indonesia jangan seperti Negeri Pompei, Naudzubillah," paparnya.
Ia tidak membenarkan jika ada laki-laki yang sudah kehilangan sifat kelakiannya (homo) dan perempuan yang sudah kehilangan sifat perempuannya (lesbi) kemudian mereka berhimpun menjadi Forum LGBT. Menurutnya, cita-cita Bung Karno dan para pendiri negeri ini telah dirusak oleh pejabat milenial.
"Bayangkan jika Menteri Agama menginginkan seorang cucu, ternyata anaknya nikah sesama jenis apakah akan tercapai cita-cita Menteri Agama untuk memiliki seorang cucu. Pesan ini berlaku kepada dan untuk siapa pun. Jadilah Manusia Yang Beradab. Tegakan Pancasila," tutupnya.
Penulis Henrikus Setya
Editor Sukarjito
Hal itu disampaikan Agus menanggapi pernyataan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang mengimbau masyarakat untuk tidak menjauhi para pelaku LGBT. Sebab, orang-orang tersebut perlu dirangkul dan bukan sebaliknya malah dijauhi.
[caption id="attachment_1622" align="alignnone" width="650"] Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengikuti rapat kerja (Raker) dengan komisi VIII DPR di Ruang rapat Komisi VIII, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (4/12/2017). Dalam raker bersama tersebut membahas terkait laporan kinerja dan keuangan penyelenggaraa ibadah haji tahun 1438 H / 2017 M. FOTO:RILIS.ID/Indra Kusuma[/caption]
"Menyikapi Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT), Menteri Agama dirasa gagal paham terhadap nilai-nilai Pancasila, tidak mampu meluruskan persoalan karakter kemanusiaan dan keumatan yang beradab," katanya kepada rilis.id, Selasa (19/12/2017).
Ia menilai, seharusnya pemerintah memperbaiki sifat manusia Indonesia yang susah keluar dari hakikat penciptaannya. Serta menimbang sila pertama dalam Pancasila yaitu, Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
"Sangat aneh jika pemerintah dalam hal ini Menteri Agama melegalkan Forum LGBT dengan penganugerahan award LGBT. Agama mana pun saya pastikan menolak perbuatan LGBT," tegasnya.
Ia mengingatkan pada sebuah cerita tentang suatu negeri bernama Pompei, yang pernah ada dan menghilang, Negeri Pompei mengisahkan rusaknya moral penduduk tersebut. Pompei modern telah dimodifikasi di Indonesia yang dikenal zaman now adalah (LGBT).
"Dan satu Negeri Pompei tersebut hilang terkena malapetaka bencana alam yang begitu Dahsyat. Indonesia jangan seperti Negeri Pompei, Naudzubillah," paparnya.
Ia tidak membenarkan jika ada laki-laki yang sudah kehilangan sifat kelakiannya (homo) dan perempuan yang sudah kehilangan sifat perempuannya (lesbi) kemudian mereka berhimpun menjadi Forum LGBT. Menurutnya, cita-cita Bung Karno dan para pendiri negeri ini telah dirusak oleh pejabat milenial.
"Bayangkan jika Menteri Agama menginginkan seorang cucu, ternyata anaknya nikah sesama jenis apakah akan tercapai cita-cita Menteri Agama untuk memiliki seorang cucu. Pesan ini berlaku kepada dan untuk siapa pun. Jadilah Manusia Yang Beradab. Tegakan Pancasila," tutupnya.
Penulis Henrikus Setya
Editor Sukarjito
Post a Comment