Header Ads

Agar Diminati, Ini Hal yang Perlu Diperhatikan PMII dan HMI



Jakarta, NU Online - Penelitian Center for The Study of Islam and Social Transformation (CISForm) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyebutkan bahwa organisasi mahasiswa seperti Pergerkaan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) kalah menarik dengan organisasi Salafi Wahabi dan kelompok Tarbiyah.

Mendengar hal itu, peneliti pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Muhammad Zuhdi menilai bahwa organisasi tersebut perlu memperhatikan kembali isu dasar yang muncul di kalangan mahasiswa baru, seperti hubungan agama dan negara.

"Nah, sementara ini kan, anak-anak baru masuk perguruan tinggi dan itu kembali ke basic question tadi," kata Zuhdi saat ditemui NU Online usai mempresentasikan hasil penelitiannya tentang promosi moderasi di sekolah pada seminar internasional yang digelar di Hotel JW Marriott, Kuningan, Jakarta, Senin (14/1).

Adapun para anggota dan kader PMII dan HMI sendiri sudah selesai mendiskusikan hal tersebut sehingga bukan hal baru lagi bagi mereka. Itulah yang dimanfaatkan oleh organisasi baru, katanya.

Jika para mahasiswa ditanya tentang penerimaannya terhadap Pancasila, maka organisasi Salafi dan Tarbiyah itu mulai masuk dengan mempertanyakan dasar kepercayaannya dan membalikkannya dengan dasar dalil yang mereka gunakan sehingga menimbulkan kegamangan di benak mahasiswa yang baru mengenal agama itu.

"Sehingga timbullah kegamangan. Di situ mereka masuk," jelasnya.

Hal itu juga ditengarai oleh hilangnya daya saing (battle ground) mereka di kampus. Para pengurus dan kader organisasi tidak lagi aktif menggelar diskusi yang menarik bagi publik sehingga mengundang keingintahuan mereka.

"Saya melihat karena merasa sudah established (mapan), mereka tidak berjuang untuk mendapatkan pengikut lagi. Mereka hanya menerima orang datang ke situ," ucap Zuhdi.

Organisasi yang secara kuantitas unggul itu seakan toko besar yang tidak lagi perlu promosi, orang akan datang sendiri. Padahal, alumnus Pondok Pesantren Al-Masthuriyah, Sukabumi, Jawa Barat itu mengungkapkan bahwa saat ini sudah eranya disrupsi, toko besar tutup, toko daring (online) yang menjual eceran laris.

"Begitu juga organisasi mahasiswa yang itu. Mahasiswa datang ke sana (kelompok Tarbiyah dan Salafi). Kemudian tidak ada lagi promosi-promosi dari organisasi established," kata pria yang pernah menempuh studi singkatnya di Madinah itu. 



(Syakir NF/Fathoni)


No comments

Powered by Blogger.